Pura Pasar Agung |
Perjalanan kali ini adalah untuk melunasi janji kepada diri
sendiri. Salah satu resolusi di tahun 2015 ini yang buru-buru harus dituntaskan
sebelum tahun ini berakhir adalah mendaki Gunung Agung. Tertunda-tunda sejak
beberapa bulan, akhirnya memantapkan diri untuk pergi di tanggal 28 November
lalu. Memilih weekend agar libur ngantor dan kebetulan juga bertepatan dengan
hari raya Saraswati. Aku ditemani Anggara, Agus, dan Adit, dan kami berangkat dari
Denpasar menuju Karangasem. Kami sepakat akan mendaki Gunung Agung menggunakan
jalur dari Pura Pasar Agung. Start point untuk mendaki Gunung Agung ada dua
yaitu Pura Besakih dan Pura Pasar Agung, tapi mengingat waktu itu kami
berangkat tanpa persiapan fisik yang cukup matang, jadi kami pilih jalur yang
lebih singkat.
Kurang lebih tiga jam perjalanan dari Denpasar kita akan
sampai di lokasi. (waktu itu kami berangkat pagi, jadi bisa mampir istirahat
dulu di rumah seorang kerabat di desa
Selat sebelum sorenya kami melnjutkan perjalanan menuju lokasi Pura Pasar
Agung).
Sore itu perjalanan kami menuju Pura Pasar Agung ditemani gerimis dan kabut yang membuat
tulang terasa ngilu dan hidung mulai meler :D.
Dari desa Selat, kita melewati jalan tanjakan berkelok-kelok hingga
menuju lokasi parkiran pura. Pemandangan sepanjang hutan cantik sekali. Sesekali aku mesti turun dari boncengan, karena motor tak kuat naik, dan bebrapa kali kami berhenti karena cantiknya pemandangan menggoda kami untuk berhenti mengambil beberapa gambar,hahaha
Dan akhirnya kami sampai di parkiran pura. Masih berkabut
dan sudah pasti dingin. Sudah ada beberapa kendaraan nampak terparkir di
sana. Ohya, parkir di sini walaupun
menginap aman karena ada petugas dari warga yang berjaga di sana, sekalian
mereka biasanya berjaga untuk menawarkan jasa pemandu pendakian untuk
pengunjung. Kami pun berganti pakaian
menggunakan pakaian sembahyang (memakai bawahan kain dan selendang).
Dari parkir menuju pura adalah jalan dengan ratusan tangga, lumayan untuk pemanasan
mengurangi dingin,hehe.
Tempat
berdirinya Pura Pasar Agung ini masih merupakan wilayah desa Sebudi, Kecamatan
Selat, Kab. Karangasem. Pura ini berada di punggung atau bisa dikatakan di pertengahan
Gunung Agung diketinggian 1.600 mdpl. Sudah tentu kawasan ini hawanya dingin
kan, jadi jika kawan-kawan akan bersembahyang kesini apalagi berencana untuk
mekemit (menginap) maka jaket atau pakaian tebal lainnya adalah logistik wajib.
*Nama lengkapnya adalah Pura Pasar Agung Giri Tolangkir,
keberadaannya berkaitan erat dengan Pura Besakih. Sebagai hulunya pulau Bali, Pura
Besakih yang letaknya di Timur Laut. Ini sesuai dengan arah terbitnya matahari
yang akan memberikan sinar ke seluruh jagat raya dan kemudian dipasarkan dan
disebarkan melalui Pura Pasar Agung, sehingga diharapkan semua mendapat
perlindungan, berkah dan keselamatan.
Pura Pasar Agung, diyakini pula sebagai pura pasar untuk seluruh Dewa
Kahyangan. Pura yang termasuk Pura Kahyangan Jagat ini memiliki 2 buah
pelataran, selain Pura Pasar Agung juga terdapat Pura Melanting yang merupakan
tempat persembahyangan pertama. Terdapat beberapa pelinggih seperti sanggar Agung,
meru, gedong, bale pelik, pewedaan dan bale gong. (*dikutip dari berbagai
sumber)
Setelah bersembahyang sekaligus memohon ijin dan restu untuk
pendakian kami dini hari nanti, kami beristirahat di wantilan pura, bersama
beberapa pemedek dan pendaki-pendaki lain yang juga akan melakukan pendakian.
Kawan-kawan yang akan mendaki melalui jalur ini sebaiknya membawa bekal makanan
cukup, karena jarang sekali ada warga yg berjualan makanan disini. Tapi tenang,
untuk urusan komunikasi sudah ada koneksi internet dari WiFi di pura. Wahhh
kerennnn deh, sangat membantu komunikasi tetap jalan selama di sini.
WiFi’nya bisa dijangkau di area wantilan
sampai jaba tengah saja. Ketika sampai di Jeroan Pura tidak akan ada koneksi
apa-apa lagi, hahaha mungkin artinya biar sembahyangnya tetap khusuk.
Ohya, jika ingin melakukan pendakian ke Gunung Agung hindari
hari-hari suci berikut yang merupakan saat Pujawali atau upacara yadnya di pura ini, seperti: Purnama Sasih Kelima (1 tahun sekali)
pelaksanannya selama 11 hari; Purnama Sasih Kedasa (1 tahun sekali) selama 11
hari; Buda Wage Ukir (6 bulan sekali) selama 3 hari dan pada Tilem Kesanga (1
tahun sekali) dan hanya sehari saja, dan ada beberapa hari tertentu yang pengunjung tidak diijinkan untuk mendaki. Dan hal yang tidak kalah penting adalah jangan membawa atau memakai logistik dan makanan yang berbahan sapi atau babi. Yaa demi kelancaran perjalanan kita, sebaiknya hal-hal seperti ini sangat diperhatikan.
Bapak Wayan Tegteg |
*Kalo kawan-kawan ada yg berencana mendaki Gunung Agung dari jalur Pura Pasar Agung bisa menghubungi Bapak Wayan Tegteg (0857 9211 4399), beliau adalah orang lokal sana yang sudah berpuluh tahun bekerja sebagai guide untuk para pendaki.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar